Bitcoin Pizza Day, Langkah Kecil yang Mengubah Dunia Keuangan
Bitcoin Pizza Day diperingati sebagai tonggak awal perubahan besar dalam cara dunia memahami nilai uang dan teknologi.

omunitas kripto memperingati Bitcoin Pizza Day, sebuah peristiwa ikonik yang menjadi simbol
awal revolusi finansial digital. Perayaan ini menjadi pengingat bahwa kripto—khususnya
Bitcoin—diciptakan untuk diakses oleh semua orang. Tak peduli latar belakang, siapa pun bisa
mengambil langkah pertama dalam dunia aset digital.
Bitcoin Pizza Day merujuk pada momen bersejarah tanggal 22 Mei 2010, ketika seorang
programmer asal Florida, Laszlo Hanyecz, membeli dua loyang pizza dengan 10.000 BTC,
yang saat itu hanya bernilai sekitar USD 41. Jika dikonversi dengan harga Bitcoin saat ini yang
berada di kisaran Rp1,8 miliar per BTC, maka dua pizza tersebut kini bernilai lebih dari Rp18
triliun, menjadikannya pembelian pizza termahal dalam sejarah.
Meskipun kisahnya unik, menurut CEO Tokocrypto Calvin Kizana, Bitcoin Pizza Day lebih dari
sekadar perayaan. Ini melambangkan transformasi besar dalam cara kita memahami uang dan
teknologi. Bitcoin, yang awalnya hanya alat tukar di forum daring, kini telah berkembang
menjadi aset investasi resmi yang diakui di banyak negara, termasuk Indonesia.
“Bitcoin Pizza Day memiliki makna penting bagi masa depan keuangan inklusif. Perayaan ini
mengingatkan kita bahwa setiap revolusi besar dimulai dari langkah kecil. Orang-orang yang
memulai Bitcoin dulu bukan ahli keuangan, melainkan orang biasa yang berani mencoba. Jika
mereka bisa, siapa pun juga bisa,” ujar Calvin.
Ia juga menambahkan bahwa semangat inklusi dan keberanian untuk mencoba tercermin dari
pertumbuhan pesat jumlah investor kripto di Indonesia. Berdasarkan data OJK, per Maret 2025,
jumlah investor aset digital di Tanah Air telah mencapai 13,71 juta orang. Sementara itu, nilai
transaksi kripto tetap stabil di kisaran Rp32 triliun, menunjukkan kepercayaan masyarakat yang
kian menguat terhadap kripto sebagai instrumen investasi alternatif yang semakin relevan.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Laporan terbaru dari River mengungkapkan
bahwa hampir 50 juta atau 14,3% warga Amerika Serikat kini memiliki Bitcoin, mengalahkan
jumlah investor emas yang hanya sekitar 36,7 juta orang. Bitcoin dianggap sebagai investasi
masa kini yang tahan terhadap inflasi dan memberikan jaminan terhadap masa depan
keuangan pemiliknya.
Di saat yang sama, minat terhadap Bitcoin juga mulai muncul dari sektor institusi. Salah
satunya datang dari DigiAsia Corp, perusahaan fintech asal Indonesia, yang baru-baru ini
mengumumkan rencana untuk membentuk cadangan aset digital senilai Rp1,6 triliun dalam
bentuk Bitcoin. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi diversifikasi keuangan jangka
panjang mereka.
DigiAsia bukan satu-satunya. Perusahaan-perusahaan global seperti MicroStrategy—yang kini
memiliki lebih dari 576.000 BTC—dan GameStop yang mengalokasikan sebagian dana dari
obligasi konversi senilai US$1,5 miliar untuk membeli Bitcoin, juga menjadi bukti bahwa kripto
kini menjadi bagian dari strategi keuangan perusahaan besar.
Calvin menilai tren ini sebagai penegas bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai bagian dari
portofolio keuangan yang sah dan strategis. “Praktik berbagai institusi ini membuktikan bahwa
adopsi kripto tidak lagi terbatas pada individu, melainkan telah merambah ke institusi-institusi
besar. Hal ini akan memperkuat ekosistem kripto di Indonesia dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat secara lebih luas,” jelasnya.
“Dengan pendekatan regulasi yang semakin matang dan kesadaran masyarakat yang terus
tumbuh, kami percaya bahwa Bitcoin dan aset kripto lainnya akan menjadi bagian penting dari
infrastruktur keuangan digital Indonesia ke depan. Kami percaya bahwa kripto bukan hanya
milik trader profesional. Ini adalah teknologi terbuka, yang bisa dimulai oleh siapa pun—dari
mahasiswa, pekerja, hingga pelaku UMKM. Sama seperti Laszlo 14 tahun lalu, langkah kecil
hari ini bisa jadi sejarah besar di masa depan,” pungkasnya.